Jumat, 29 Juni 2012

menjaga keimanan dengan syukur dan sabar

Kondisi hati setiap manusia Allah ciptakan berbeda-beda. Ada yang beriman, ada yang bertaqwa, ada yang kufur, ada yang munafik dan lain-lain. Semua itu adalah khazanah yang menunjukan bahwa Allah itu memberikan keseimbangan pada setiap hambanya yang ada dimuka bumi. Keseimbangan tersebut merupakan salah satu bentuk ujian yang Allah turunkan sebagai pembeda. Ada kalanya seseorang itu pada satu hari memiliki keimanan yang begitu tinggi. Tapi dihari yang lain keimanan itu begitu rendah, bahkan kerendahan itu berada pada titik yang paling dasar. Sebagai manusia muslim, sudah barang tentu keimanan yang Allah berikan kepada kita senantiasa dijaga dan dipelihara. Sebab godaan yang bisa mengikis keimanan kita begitu banyak terdapat disekitar kita. Kita lengah sedikit saja berarti secara tidak langsung kita telah bersiap-siap untuk menempatkan diri kita berada diposisi tidak beriman. Kemampuan untuk mengendalikan diri merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Secara umum ada dua hal besar yang menjadi pegangan untuk dijadikan kunci mempertahankan keimanan kita. Kedua hal tersebut adalah syukur dan sabar. Mengapa harus syukur dan sabar? Karena keduanya adalah dua faktor penting yang jika tidak bisa dikelola akan mengikis keimanan kita. Syukur adalah kunci mempertahankan keimanan ketika diberikan nikmat oleh Allah. Dengan syukur berarti seorang hamba masih mengingatkan dirinya atas segala kebesaran dan karunia yang Allah berikan. Dengan syukur pula seorang manusia yang beriman masih merasa sebagai hamba yang diberi kemudahan oleh Allah. Sebab, tidak semua orang dapat diberikan kenikmatan oleh Allah. Allah itu maha rahman dan maha rahim. Semua orang bisa saja Allah berikan rahmanNya, tanpa memandang ia seorang beriman atau tidak, seorang kafir atau bukan. Akan tetapi tidak semua orang bisa merasakan rahimNya Allah. Hanya orang-orang beriman dan bertakwa saja yang Allah berikan kasih sayangNya. Dan sejatinya seperti itulah seorang beriman dan bertaqwa ketika Allah berikan nikmat. Memanjatkan kesyukuran sebagai bagian dari pendekatan diri kepada Allah karena telah merasakan rahman dan rahimNya. Faktor kedua yang menjadi pegangan seorang muslim yang beriman agar tidak mengikis keimanan adalah sabar. Jika kesyukuran identik dengan sesuatu yang bersifat nikmat dan hal-hal yang mengenakan, maka kesabaran identik dengan ujian atau sesuatu yang tidak mengenakan. Sifat sabar bagi seorang muslim adalah salah satu sarana untuk menjaga keimanan ketika Allah memberikan ujian. Bersabar atas ujian adalah sesuatu yang terasa berat untuk jadi pegangan. sebab ia terkait dengan hal yang tidak mengenakan hati dalam hal ini identik dengan kesedihan. Bersabar adalah salah satu bentuk ujian yang paling tinggi untuk menilai keimanan seseorang. Sebab menurut Allah, makin beriman seseorang berarti makin banyak ujian yang akan diterima. Dan kadar ujian yang diberikan biasanya makin membesar sejalan dengan tingkat keimanan yang makin membesar pula. Ketika seseorang telah berhasil melewati berbagai macam ujian yang Allah berikan maka gelar yang paling pantas untuk diterima adalah taqwa. Sebuah gelar tertinggi yang Allah karuniakan kepada hambanya yang beriman yang ada di muka bumi. Menjaga dan mempertahankan keimanan ketika diberi ujian akan lebih tinggi kualitasnya dibanding dengan mempertahankan keimanan ketika bersyukur. Seyognya bagi kita sebagai seorang yang beriman harus selalu mengasah kemampuan kita menjaga keimanan dengan cara memperkuat sifat sabar dalam diri kita. Semoga kita semua bisa menjadi orang yang bersyukur ketika diberi nikmat dan bersabar ketika diberi ujian. Semuanya berpulang kepada tekad kita sebagai orang beriman yang ingin meraih predikat takwa. Wallahu a’lam. Luwuk, 30 Juni 2012 07:13 WIta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar