Sabtu, 27 Oktober 2012

MERENGKUH DUA KEBAHAGIAAN

Cuaca Desa Lopito, Kecamatan Totikum, Kabupaten Banggai Kepulauan yang begitu terik, sedikit mengembalikan naluriku untuk menulis. Membuat sebuah tulisan tentang seorang sahabat. Menulis tentang kebahagiaan yang menghampiri sahabat tersebut. Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin menulis tentang dirinya. Hanya baru kali ini saja keinginan tersebut bisa terlaksana. Itupun karena inspirasi yang datang, berkaitan dengan dirinya yang kini sedang berbahagia. Ya, kebahagiaan yang selama ini terpendam. Kebahagiaan yang menunggu momentum untuk kemunculannya. Sebab kebahagiaan ini dia dapatkan dengan penuh perjuangan dan juga pengorbanan. Bahkan begitu banyak energi yang ia habiskan untuk merengkuh kebahagiaan tersebut. Dan kebahagiaan tersebut ia nikmati diwaktu yang begitu dekat. Untuk tidak dikatakan berada diwaktu yg berhimpitan. Kebahagiaan tersebut ialah dia baru saja diwisuda sebagai seorang sarjana. Dan yang tak kalah pentingnya ialah dia kini telah menikah. Merengkuh dua keberkahan yang melahirkan kebahagiaan hanya dalam waktu sebulan ini saja. Saya sendiri sangat ingin menceritakan perjuangannya mengejar kebahagiaan tersebut. Dimana apa yang dilakukannya selalu berbenturan dengan berbagai macam cobaan. Yang cobaan tersebut bukanlah perkara ringan jika dibanding dengan orang-orang biasa. Dan dia sanggup menghadapi benturan-benturan tersebut. Perjuangan mengejar cita-cita menjadi seorang sarjana misalnya. Benturan terbesar dirasakannya saat-saat memasuki masa akhir dari kuliah. Salah satunya adalah pada saat dia akan mengikuti kuliah kerja nyata (kkn). Betapa malam sebelum dia berangkat pelepasan kkn uangnya dicuri. Dan itu merupakan uang yang menjadi tumpuan selama masa kkn. Betapa ujian yang begitu menyesakan dada. Tidak hanya itu, pada saat hari H akan mengikuti ujian pnentuan, skripsinya basah dengan minuman soda. Sehingga sebagian lembaran skripsinya menjadi berwarna merah akibat tumpahan minuman soda. betapa paniknya dia dan sedikit tertekan dengan keadaan tersebut. namun semua itu bisa dilaluinya, walaupun dengan perjuangan yang cukup berat. dan salah satu yang tak kalah rumit dan pelik ialah jalan panjang meraih kebahagiaan memasuki pintu pernikahan. Betapa setiap harinya dia diejek oleh rekan-rekannya karena dengan usianya yang sudah kelewat matang dia belum juga menikah. Sebenarnya beberapa saat yang lalu dia hampir menikah. Lamaran sudah dilakukan, segala sesuatunya sudah dipersiapkan, tapi entah kenapa tiba-tiba batal di pertengan jalan. Namun semua itu dilaluinya dengan penuh kesabaran dan selalu berusaha. Dan hasil dari usahanya itu membuahkan akhir yang cukup manis. Tidak sampai rentang waktu sebulan, dia menikmati dua buah kebahagiaan sekaligus. Diwisuda sebagai sarjana dan juga menikah. Congratulations myfriend SAILUDIN. KM. Salvador Spirit, salakan-luwuk 20 oktober 2012, 16.41

Senin, 17 September 2012

Dua Kali Terima Kasih

sore hari menunjukan pukul 17.50. seorang lelaki duduk diatas motor yang diparkirnya sambil membaca sebuah buku. membacanya pun sembari terbuai dengan suasana ombak pinggiran pantai. tidak jauh dari posisinya duduk, ada beberapa orang juga yang sedang duduk-duduk menikmati terbenamnya fajar. di bagian depan dari orang tersebut ada juga dua orang lain yang saling berbincang-bincang. sedangkan dibagian belakangnnya ada pula dua orang yang sedang asyik bercerita. namun dua orang dibelakang tersebut tidak hanya sekedar bercerita biasa, akan tetapi berceritap sambil menegak minuman beralkohol. naudzubillah... orang yang membaca buku tersebut cuek saja dengan keadaan yang ada. karena memang dia sendiri sibuk menyelesaikan bacaan buku yang ada di genggamannya. sebuah buku yang menurutnya akan terasa nikmat dibaca sembari melihat perahu nelayan yang lewat maupun menikmati syahdunya desiran ombak pinggiran pantai. baginya membaca sambil berada disuasana yang syahdu dipinggiran pantai dapat membuat pikirannya jdi lbih luas dan lebih terbuka menerima informasi dari buku yang dibaca. hal ini menurutnya sangat mendukung sekali setelah sebelumnya disibukan oleh aktifitas keseharian yang begitu padat. selain suasana pantai, membaca buku ditempat tersebut jug bisa memudahkan langkahnya menuju masjid. ya memang karena tidak jauh dari tempatnya membaca buku terdapat sebuah masjid. bahkan ketika duduk-duduk tersebut sebenarnya ada tiga hal berbeda yang dilaluinya di waktu yang bersamaan. membaca buku, menikmati ombak pinggiran pantai, plus mendengarkan lantunan tilawah yg diputar di masjid tidak jauh dari tempat tersebut. syahdan, akhirnya adzan berkumandang. orang tersebut akhirnya bergegas untuk segera menuju masjid. distarterlah motor miliknya kemudian berjalan menuju panggilan muadzin. baru beberapa meter motor berjalan, tapi orang itu kemudian menepikan motornya ke pinggir jalan mendekati seseorang yang berjalan kaki. ternyata dia menepikan motornya tidak lain adalah untuk membonceng orang yang berjalan kaki tersebut yang kebetulan ingin juga pergi ke masjid. hanya orang yang mengendarai motor tersebut tertegun mendengar perkataan yang keluar dari mulut orang yang ingin diboncengnya. sebuah perkataan yang sering ia dengar tetapi dianggapnya sebuah hal langkah. ya, orang yang diboncengnya tersebut mengatakan terima kasih. biasanya ucapan terima kasih diucapkan setelah orang yang dibantu telah menyelesaikan hajatnya. tapi kali ini tidak seperti itu, orang yang berjalan tersebut mengucapkan terima kasih sebelum dia naik motor dibonceng. setelah yang dibonceng tersebut naik ke atas motor, orang yang berkendara tersebut kemudian melajutkan perjalanannya naik motor menuju masjid. motor telah berjalan, tidak sampai semenit kemudian tibalah mereka berdua.dipelataran masjid. karena memang jarak yang mereka tempuh hanya beberapa meter saja. dan orang yang dibonceng tersebut kemudian lagi-lagi mengucapkan terima kasih. jadi kalau dihitung sejak orang yang dibonceng tersebut naik motor sampai dia turun, hanya satu kata saja yang keluar dari mulutnya sebanyak dua kali yaitu terima kasih. ucapan sebelum dibantu dan ucapan setelah dibantu. ucapan sebelum ditolong dan ucapan setelah ditolong. ucapan yang langkah, mungkin merupakan sebuah hal yang sangat jarang kita temukan saat ini. dari kisah tersebut ada sebuah pelajaran bahwa ada sebuah hal walaupun itu kita anggap kecil sesungguhnya merupakan implikasi besar bagi kita. ungkapan terima kasih adalah bentuk apresiasi kita kepada orang lain yang membantu dan menolong kita. makin banyak kita berterima kasih berarti makin banyak kita mengapresiasi kepada orang lain. so, marilah kita perbanyak berterima kasih. #Masjid Al-Ukhuwwah Tanjung, 13 September 2012, 20.23 Wita.

Rabu, 05 September 2012

Anak Kecil Itu Bernama Rabbani

dipagi buta, hembusan angin cukup menusuk tulang. suasana pagi di sebuah jalan kecil itu terlihat sangat lengang. tidak terlalu tampak banyak orang berlalu lalang. namun beberapa saat kemudian telah terlihat beberapa orang melangkahkan kaki. ada yg berjalan dengan langkah terburu-buru, ada juga yang berjalan dengan santainya. langkah mereka tertuju pada sebuah bangunan besar bercat warna putih yang belum terlalu rampung. sebuah bangunan yang terletak persis disamping kanan jalan dari tempat orang-orang tersebut melangkahkan kaki. ternyata orang yang berjalan tersebut adalah para relawan yang baru saja selesai menjalankan misinya membantu pemulihan di daerah bencana. mereka melangkahkan kaki menuju masjid untuk melaksanakan sholat subuh. mereka telah sampai ke masjid itu sebelum adzan berkumandang. sembari menunggu azan berkumandang mereka dengan asyiknya saling berbagi cerita tentang aktifitas keseharian. tidak hanya bercerita, ada juga yang menunaikan fitrahnya membuang hajat. :D sahdan, azan telah berkumandang maka mereka pun smuanya masuk ke masjid setelah berwudhu. sembari menunggu iqamah dikumandangkan, ada yg melaksanakan sholat sunnah dan ada juga yang berzikir. namun ada satu pemandangan yang berbeda terlihat di dalam masjid itu. dari sekian banyak jamaah masjid yang berusia paruh baya, nampak terselip salah seorang anak kecil berusia sekitar sepuluhan tahun yang menjadi jamaah masjid. anak kecil itu datang ke masjid dengan menunggang sepeda sendirian. yang artinya dia datang ke masjid itu tanpa ditemani oleh orangtuanya. ada keistimewaan yang ada pada diri anak itu. betapa diusianya yang masih sekecil itu dia sudah punya semangat untuk menunaikan kewajiban sebagai makhluk Allah. sangat berbanding terbalik dengan anak-anak lain seusianya yang menghabiskan masa kecil dengan bermain. dari gambaran tersebut telah nampak bahwa anak itu kelak ketika besar dan dewasa dia akan menjadi ujung tombak agama ini. setelah dicari tahu, ternyata anak ini bernama Rabbani. dia.merupakan putra dari salah seorang relawan yang berjalan ke masjid tadi. dari namanya, sudah nampak telah tergambar jelas bahwa orangtuanya ingin menjadikan anak ini hidup dengan nilai rabbaniyah atau senantiasa dekat dengan Rabbnya. sejak kecil ia telah dibentuk dengan nilai-nilai ketuhanan yang dibuktikan dengan kedekatannya terhadap tuntunan agama. selain itu juga orang tuanya telah memdidik dan membentuk anaknya dengan menunjukan langsung sebuah keteladanan. cara tersebut dilakukan oleh orangtuanya dengan berhubungan baik kepada Allah dengan melaksanakan sholat, serta berhubungan baik kepada sesama manusia dengan menjadi relawan. inilah keluarga muslim yang ideal, bahwa kesholehan itu terdistribusi secara merata didalam keluarga. poso-ampana, 2 september 2012.

BIOGRAFI TANPA NAMA

Anggap saja menulis sebuah biografi seorang tokoh besar. Mungkin ini merupakan sebuah inti dari apa yang akan saya tulis saat ini. Ya, menuliskan tentang seseorang yang belum saya kenal tapi seakan saya sudah kenal lama. Seseorang yang tinggal jauh dari tempat saya berada. Seseorang yang bertemu alias bertatap muka pun belum pernah. Tapi begitulah adanya. :D Mengapa bisa saya menuliskan tentang dia? Apa istimewanya dia? Alasan apa sehingga dia bisa dijadikan objek tulisan saya? Mungkin itu sebagian besar pertanyaan sehingga membuat orang mencari alasan sehingga tulisan ini lahir. Yang jelas alasan pertama dari tulisan ini lahir karena ini adalah tugas. Tugas atas komitmen saya dengan orang yang saya jdikan objek tulisan untuk membuat sebuah tulisan. Tulisan tentang kita masing-masing sebagai gambaran sejauh mana kita saling mengenal. Yang dengan kata lain menggambarkan ukhuwah kita dalam bentuk sebuah tulisan. Memang kelihatan aneh, tapi begitulah kita menggambarkan sejauh mana persaudaraan kita. Karena itu tadi, kita belum pernah bertatap muka maka beginilah kita menggambarkan jarak persaudaraan sejauh mana kita saling kenal. Objek yang saya jadikan tulisan adalah seseorang yang tinggal di Pulau Jawa. Tepatnya di Propinsi Jawa Barat. Dia seorang pasundan alias dari suku sunda. Tempat tinggalnya menurut yang dia sampaikan adalah di sekitar pinggiran ibukota propinsi. Aktifitas kesehariaanya adalah menjadi seorang karyawan di sebuah usaha konveksi. Saya mengenal dia belumlah lama. Dan perkenalan kita pun hanya lewat dari sesuatu yang sangat ngetren dizaman modern ini yaitu media jejaring sosial. Perkenalan yang tidak disangka, perkenalan yang begitu istimewa dari sekian banyak teman baru di jejaring sosial. Perkenalan yang tidak pernah diprediksikan. Bahwa persaudaraan itu begitu kuat walaupun raga dipisahkan oleh tempat yang jauh. Saya sendiri cukup bingung dan tidak terlalu banyak tau tentang pribadinya. Saya hanya mengetahui sesuai dengan apa yang saya tau selama berinteraksi di dunia maya. Pengetahuan yang terbatas karena zohiriyah yang terbatas pula. Dia merupakan pribadi dengan tipe yang mudah diajak berinteraksi, walaupun menurut pengakuannya sendiri dia tipe orang yang kurang bersosialisasi. Memang nampak seperti sebuah kontradiksi. Sejauh yang saya tau juga, dia nampak seperti orang yang rada ketinggalan. Mungkin karena dia orang desa. Sekalipun dia tinggal di desa, tapi menurut saya tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari peradaban modern ibukota propinsi. Beda dengan saya yang memang tinggal di pelosok. Selain itu, menggambarkan pribadinya kaykanya dia merupakan orang yang supel, tidak banyak basa-basi. Berbeda dengan saya yang terlalu banyak tetek bengek ini itu. Cukup sekian saja saya menggambarkan tentang dia, karena memang yang saya ketahui hanya seperti itu. Lagi pula saya tidak ingin terlalu berpanjang lebar bercerita dan menulis tentang seseorang yang belum sekalipun saya berinteraksi tatap muka secara langsung. Dan kalaupun ini merupakan sebuah biografi, jangankan sempurna, tidak sempurna saja sangat tidak layak untuk disandang. Karena ini adalah biografi yang tidak mencantumkan nama objek yang ditulis. Nah loh... :D

Selasa, 28 Agustus 2012

Maafkan Atas Ukhuwah Yang Tak Sempurna

Saat saya membuat tulisan ini saya sedang memasuki momen istimewa. Momen yang bagi sebagian orang merupakan saat bersejarah dan juga berbahagia. Momen ketika kita mengulang tanggal kelahiran kita walaupun berada dalam tahun yang berbeda. Momen tersebut adalah milad atau yang lebih kita kenal dengan nama hari ulang tahun. tapi saya tidak terlalu antusias dengan momen tersebut, karena saya merasa tidak terlalu istimewa. Saya hanya bersyukur saja kepada Allah karena telah memberikan saya nikmat untuk bisa hidup sampai dengan saat ini. Ada beberapa alasan yang mengemuka sehingga untuk saat ini saya tidak terlalu antusias dengan tanggal kelahiran saya sendiri. Salah satunya adalah faktor persaudaraan. Mungkin akan muncul pertanyaan apa korelasinya antara tanggal kelahiran dengan persaudaraan sehingga momen hari kelahiran tidak ingin dirayakan. Saya hanya sedikit berprinsip semakin hari usia saya semakin bertambah, maka kepribadian saya pun harus bertambah. Semakin usia saya menjadi dewasa, maka pemikiran dan tingkah laku saya pun harus didewasakan. Nah itu yang menjadi masalah bagi saya saat ini, saya merasa belum menjadi dewasa sepenuhnya. Terutama yang berkaitan dengan ukhuwah atau persaudaraan. Saya sempat berpikir sembari merenung, sebagai seoang muslim kiranya persaudaraan itu harus senantiasa dijaga agar merekat erat. Tapi kenyataan yang ada justru sebaliknya, seakan satu persatu diantara saudara dan teman-teman saya justru ikatan itu mulai merenggang. Teman-teman yang dahulu begitu akrabnya, tidak tau mengapa kini sudah seperti memiliki jarak yang makin hari makin menjauh. Di dunia nyata maupun di dunia maya. Saya berpikir apa kira-kira sebab dan juga sumber masalah sehingga seakan-akan persaudaraaan yang telah lama dibangun seperti sudah mulai runtuh. Mungkin hal pertama yang harus saya perbaiki adalah masalah komunikasi. Sebab sebagin besar masalah yang dihadapi oleh kebanyakan orang adalah dimulai dari komunikasi yang memang bermasalah. Mungkin ada komunikasi yang saya sampaikan baik komunikasi lisan maupun komunikasi tubuh yang tidak berkenan di hati orang lain. Sehingga mereka tanpa saya sadari menjaga jarak bahkan menjauh dari diri saya. Hal kedua yang saya anggap menjadi sumber masalah dalam persaudaraan adalah tentang kebesaran jiwa. Mungkin selama ini jiwa saya terlalu sempit dalam memahami orang lain, tanpa pernah memahami orang lain terhadap diri saya. Selain itu juga barangkali saya terlalu memaksakan kehendak pribadi kepada orang lain. merasa apa yang saya sampaikan sudah yang paling benar tanpa pernah mempertimbangkan kehendak orang lain. padahal segala sesuatu harus dipandang secara objektif agar kehendak antara saya dan orang lain bisa saling mengakomodir. Kan alangkah indah jikalau menjalani persaudaraan tanpa ada yang merasa dirugikan. Sedangkan yang tak kalah krusial yang saya anggap menjadi sumber bermasalahnya hubungan ukhuwah saya adalah sifat egoisme. Ya, inilah sifat dasar manusia yang justru kadang menjadi tembok besar penghalang ikatan persaudaraan. Tidak bagi diri saya dan tidak juga bagi orang lain untuk mengelaknya. Egoisme baik oleh diri saya maupun oleh orang lain saya rasakan menjadi sandungan terbesar ketika ada niatan untuk memperbaiki diri. Kadang kita sudah legowo dan mengalah, tapi karena egoisme tidak jarang saudara kita tidak mau menerima kita. Begitu juga sebaliknya, sudara kita sudah bersusah payah menerima kekurangannya, tapi karena egoisme kita begitu mudahnya merasa diri hebat tidak mau menerima kesalahan saudara kita. Untuk mengakhiri tulisan ini, secara umum saya ingin mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan saya. Sebab saya tidak akan pernah merasakan hari istimewa manakala ada saudara saya yang belum memafkan kesalahan saya. Apa artinya saya berbahagia sementara saudara saya tidak merasa senang dengan kebahagiaan yang saya rasakan. Kepada saudara-saudara saya yang merasa hatinya tersakiti, sekali lagi saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kepada saudara-saudara saya yang tidak bermasalah dengan saya, saya memohon mari bersama kita kuatkan persaudaraan ini. Agar kesalahan-kesalahan kita dimasa lalu tidak terulang dimasa akan datang. Alangkah indahnya hidup manakala dibingkai dengan persaudaraan yang kuat. Persaudaraan dilandasi dengan keimanan, persaudaraan yang punya satu tujuan besar, meraih ridho Allah di dunia dan akhirat. Maafkanlah atas ukhuwah yang tidak sempurna..... Sarfin Lasumani Laando (28 Agustus 1988 – 28 Agustus 2012)

Jumat, 29 Juni 2012

menjaga keimanan dengan syukur dan sabar

Kondisi hati setiap manusia Allah ciptakan berbeda-beda. Ada yang beriman, ada yang bertaqwa, ada yang kufur, ada yang munafik dan lain-lain. Semua itu adalah khazanah yang menunjukan bahwa Allah itu memberikan keseimbangan pada setiap hambanya yang ada dimuka bumi. Keseimbangan tersebut merupakan salah satu bentuk ujian yang Allah turunkan sebagai pembeda. Ada kalanya seseorang itu pada satu hari memiliki keimanan yang begitu tinggi. Tapi dihari yang lain keimanan itu begitu rendah, bahkan kerendahan itu berada pada titik yang paling dasar. Sebagai manusia muslim, sudah barang tentu keimanan yang Allah berikan kepada kita senantiasa dijaga dan dipelihara. Sebab godaan yang bisa mengikis keimanan kita begitu banyak terdapat disekitar kita. Kita lengah sedikit saja berarti secara tidak langsung kita telah bersiap-siap untuk menempatkan diri kita berada diposisi tidak beriman. Kemampuan untuk mengendalikan diri merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Secara umum ada dua hal besar yang menjadi pegangan untuk dijadikan kunci mempertahankan keimanan kita. Kedua hal tersebut adalah syukur dan sabar. Mengapa harus syukur dan sabar? Karena keduanya adalah dua faktor penting yang jika tidak bisa dikelola akan mengikis keimanan kita. Syukur adalah kunci mempertahankan keimanan ketika diberikan nikmat oleh Allah. Dengan syukur berarti seorang hamba masih mengingatkan dirinya atas segala kebesaran dan karunia yang Allah berikan. Dengan syukur pula seorang manusia yang beriman masih merasa sebagai hamba yang diberi kemudahan oleh Allah. Sebab, tidak semua orang dapat diberikan kenikmatan oleh Allah. Allah itu maha rahman dan maha rahim. Semua orang bisa saja Allah berikan rahmanNya, tanpa memandang ia seorang beriman atau tidak, seorang kafir atau bukan. Akan tetapi tidak semua orang bisa merasakan rahimNya Allah. Hanya orang-orang beriman dan bertakwa saja yang Allah berikan kasih sayangNya. Dan sejatinya seperti itulah seorang beriman dan bertaqwa ketika Allah berikan nikmat. Memanjatkan kesyukuran sebagai bagian dari pendekatan diri kepada Allah karena telah merasakan rahman dan rahimNya. Faktor kedua yang menjadi pegangan seorang muslim yang beriman agar tidak mengikis keimanan adalah sabar. Jika kesyukuran identik dengan sesuatu yang bersifat nikmat dan hal-hal yang mengenakan, maka kesabaran identik dengan ujian atau sesuatu yang tidak mengenakan. Sifat sabar bagi seorang muslim adalah salah satu sarana untuk menjaga keimanan ketika Allah memberikan ujian. Bersabar atas ujian adalah sesuatu yang terasa berat untuk jadi pegangan. sebab ia terkait dengan hal yang tidak mengenakan hati dalam hal ini identik dengan kesedihan. Bersabar adalah salah satu bentuk ujian yang paling tinggi untuk menilai keimanan seseorang. Sebab menurut Allah, makin beriman seseorang berarti makin banyak ujian yang akan diterima. Dan kadar ujian yang diberikan biasanya makin membesar sejalan dengan tingkat keimanan yang makin membesar pula. Ketika seseorang telah berhasil melewati berbagai macam ujian yang Allah berikan maka gelar yang paling pantas untuk diterima adalah taqwa. Sebuah gelar tertinggi yang Allah karuniakan kepada hambanya yang beriman yang ada di muka bumi. Menjaga dan mempertahankan keimanan ketika diberi ujian akan lebih tinggi kualitasnya dibanding dengan mempertahankan keimanan ketika bersyukur. Seyognya bagi kita sebagai seorang yang beriman harus selalu mengasah kemampuan kita menjaga keimanan dengan cara memperkuat sifat sabar dalam diri kita. Semoga kita semua bisa menjadi orang yang bersyukur ketika diberi nikmat dan bersabar ketika diberi ujian. Semuanya berpulang kepada tekad kita sebagai orang beriman yang ingin meraih predikat takwa. Wallahu a’lam. Luwuk, 30 Juni 2012 07:13 WIta

kebahagiaan

Pagi-pagi buta jam 03.49 saya mendapatkan sms dari seorang teman. Sms yang dia kirimkan berisi seperti ini “Bahagia itu tidak diukur dengan harta ataupun tingginya jabatan. Kebahagiaan adalah ketika saat hati tenang karena melakukan kebaikan dan amanah terselesaikan dengan baik.” Saya sedikit terhenyah saat membaca sms ini, begitu dalam makna yang ada dalam tulisan tersebut. Sebuah penegasan yang menekankan seperti apa kebahagiaan sesungguhnya. Kebahagiaan yang lahir dari hati, bukan yang lahir dari materi. Sebab ketika hati begitu lapang dengan kebahagiaannya, maka keadaan yang sempit pun seperti tidak memberikan pengaruh. Kebahagiaan yang tidak mengukur dari materi ataupun kebendaan lainnya. Kebahagiaan yang mengukur dari kelapangan dan kebesaran hati. Jabatan, harta, kalaupun dia melahirkan kebahagiaan, maka kebahagiaan tersebut sesungguhnya hanya semu belaka. Limit waktunya begitu sempit, bahkan kepuasaan pun mungkin hanya sesaat. Kebahagiaan yang dihasilkan dari materi hanya dirasakan oleh mereka yang punya materi saja. Tidak secara mereta terhadap orang-orang yang ada disekelilingnya. Bahkan kebahagiaan pemilik materi bisa menjadi kebencian yang lahir dari orang yang tidak memiliki materi. Berbeda dengan harta atau jabatan, justru ada kebahagiaan yang bisa membuat hati menjadi tenang. Kebahagiaan tersebut adalah kabahagiaan ketika kita melakukan kebaikan dan dapat menyelesaikan amanah dengan baik. Sebab dimensi kebahagiaan seperti ini adalah kebahagiaan yang dirasakan tidak hanya oleh seseorang, akan tetapi kebahagiaan ini bisa dirasakan oleh orang lain. Berbuat baik kepada orang lain, jelas objeknya adalah orang lain dan subjeknya adalah kita. Diri kita yang bekerja tapi menghasilkan manfaat untuk orang lain. Bekerja meringankan beban orang lain, bekerja memberikan solusi terhadap masalah yang dialami orang lain, bekerja mengisi kekurangan orang lain, bekerja menguatkan kelemahan orang lain, bekerja menghilangkan kesulitan orang lain, dan kerja-kerja lain yang kita kerjakan untuk membahagiakan orang lain. Inilah sesungguhya objek yang seharusnya kita raih untuk mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak hanya terhadap diri kita, tapi kebahagiaan yang bisa juga dinikmati oleh orang lain. Selain berbuat baik, menjalankan amanah dengan baik pun akan mendatangkan kebahagiaan. Ya ketika amanah bisa terselesaikan, maka itulah kebahagiaan hakiki. Sebab amanah hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu oleh mereka yang dapat menjalankan dan menyelesaikan amanah itu dengan baik. Amanah selalu terkait dengan kepercayaan orang kepada kita, kita kepercaan itu bisa kita laksanakan, betapa lapang dan merdekanya hati kita. Kita bisa merasakan kebahagiaan karena kitalah orang-orang terpilih. Terpilih karena bisa menjalankan amanah yang diberikan, terpilih karena kita mendapatkan predikat sebagai orang yang terpercaya. Yang tak kalah penting adalah kebahagiaan ketika berteman dengan orang baik. Makin banyak teman baik yang kita miliki, maka makin banyak kebaikan yang akan kita dapatkan. Teman baik akan selalu mengisi kekurangan kita, mendukung kita disaat kita membutuhkan dukungan, memotivasi diri kita, menguatkan kita disaat kita lemah, membantu memberikan jalan keluar ketika kita ada masalah, memberikan pencerahan ketika kita membutuhkan inspirasi, dan masih banyak kebaikan lain yang bisa membuat kita menjadi orang lebih baik. Terima kasihku kepada semua orang yang telah membahagiaakanku saat berbuat baik dan menjalankan amanah dengan baik. Kebahagiaan ini selalu akan kudedikasikan kepada kalian semua yang selalu berada dalam lingkaran kebaikan. Terkhusus kepada orang yang mengirimkanku sms di pagi buta. dengan smsnya yang masuk saya bisa terbangun dan menonton kekalahan jerman oleh italia dengan skor 2-1 dalam laga semifinal Euro 2012. :D Markas Dakwah, 29 Juni 2012 06:16 WITA.