Senin, 17 September 2012

Dua Kali Terima Kasih

sore hari menunjukan pukul 17.50. seorang lelaki duduk diatas motor yang diparkirnya sambil membaca sebuah buku. membacanya pun sembari terbuai dengan suasana ombak pinggiran pantai. tidak jauh dari posisinya duduk, ada beberapa orang juga yang sedang duduk-duduk menikmati terbenamnya fajar. di bagian depan dari orang tersebut ada juga dua orang lain yang saling berbincang-bincang. sedangkan dibagian belakangnnya ada pula dua orang yang sedang asyik bercerita. namun dua orang dibelakang tersebut tidak hanya sekedar bercerita biasa, akan tetapi berceritap sambil menegak minuman beralkohol. naudzubillah... orang yang membaca buku tersebut cuek saja dengan keadaan yang ada. karena memang dia sendiri sibuk menyelesaikan bacaan buku yang ada di genggamannya. sebuah buku yang menurutnya akan terasa nikmat dibaca sembari melihat perahu nelayan yang lewat maupun menikmati syahdunya desiran ombak pinggiran pantai. baginya membaca sambil berada disuasana yang syahdu dipinggiran pantai dapat membuat pikirannya jdi lbih luas dan lebih terbuka menerima informasi dari buku yang dibaca. hal ini menurutnya sangat mendukung sekali setelah sebelumnya disibukan oleh aktifitas keseharian yang begitu padat. selain suasana pantai, membaca buku ditempat tersebut jug bisa memudahkan langkahnya menuju masjid. ya memang karena tidak jauh dari tempatnya membaca buku terdapat sebuah masjid. bahkan ketika duduk-duduk tersebut sebenarnya ada tiga hal berbeda yang dilaluinya di waktu yang bersamaan. membaca buku, menikmati ombak pinggiran pantai, plus mendengarkan lantunan tilawah yg diputar di masjid tidak jauh dari tempat tersebut. syahdan, akhirnya adzan berkumandang. orang tersebut akhirnya bergegas untuk segera menuju masjid. distarterlah motor miliknya kemudian berjalan menuju panggilan muadzin. baru beberapa meter motor berjalan, tapi orang itu kemudian menepikan motornya ke pinggir jalan mendekati seseorang yang berjalan kaki. ternyata dia menepikan motornya tidak lain adalah untuk membonceng orang yang berjalan kaki tersebut yang kebetulan ingin juga pergi ke masjid. hanya orang yang mengendarai motor tersebut tertegun mendengar perkataan yang keluar dari mulut orang yang ingin diboncengnya. sebuah perkataan yang sering ia dengar tetapi dianggapnya sebuah hal langkah. ya, orang yang diboncengnya tersebut mengatakan terima kasih. biasanya ucapan terima kasih diucapkan setelah orang yang dibantu telah menyelesaikan hajatnya. tapi kali ini tidak seperti itu, orang yang berjalan tersebut mengucapkan terima kasih sebelum dia naik motor dibonceng. setelah yang dibonceng tersebut naik ke atas motor, orang yang berkendara tersebut kemudian melajutkan perjalanannya naik motor menuju masjid. motor telah berjalan, tidak sampai semenit kemudian tibalah mereka berdua.dipelataran masjid. karena memang jarak yang mereka tempuh hanya beberapa meter saja. dan orang yang dibonceng tersebut kemudian lagi-lagi mengucapkan terima kasih. jadi kalau dihitung sejak orang yang dibonceng tersebut naik motor sampai dia turun, hanya satu kata saja yang keluar dari mulutnya sebanyak dua kali yaitu terima kasih. ucapan sebelum dibantu dan ucapan setelah dibantu. ucapan sebelum ditolong dan ucapan setelah ditolong. ucapan yang langkah, mungkin merupakan sebuah hal yang sangat jarang kita temukan saat ini. dari kisah tersebut ada sebuah pelajaran bahwa ada sebuah hal walaupun itu kita anggap kecil sesungguhnya merupakan implikasi besar bagi kita. ungkapan terima kasih adalah bentuk apresiasi kita kepada orang lain yang membantu dan menolong kita. makin banyak kita berterima kasih berarti makin banyak kita mengapresiasi kepada orang lain. so, marilah kita perbanyak berterima kasih. #Masjid Al-Ukhuwwah Tanjung, 13 September 2012, 20.23 Wita.

Rabu, 05 September 2012

Anak Kecil Itu Bernama Rabbani

dipagi buta, hembusan angin cukup menusuk tulang. suasana pagi di sebuah jalan kecil itu terlihat sangat lengang. tidak terlalu tampak banyak orang berlalu lalang. namun beberapa saat kemudian telah terlihat beberapa orang melangkahkan kaki. ada yg berjalan dengan langkah terburu-buru, ada juga yang berjalan dengan santainya. langkah mereka tertuju pada sebuah bangunan besar bercat warna putih yang belum terlalu rampung. sebuah bangunan yang terletak persis disamping kanan jalan dari tempat orang-orang tersebut melangkahkan kaki. ternyata orang yang berjalan tersebut adalah para relawan yang baru saja selesai menjalankan misinya membantu pemulihan di daerah bencana. mereka melangkahkan kaki menuju masjid untuk melaksanakan sholat subuh. mereka telah sampai ke masjid itu sebelum adzan berkumandang. sembari menunggu azan berkumandang mereka dengan asyiknya saling berbagi cerita tentang aktifitas keseharian. tidak hanya bercerita, ada juga yang menunaikan fitrahnya membuang hajat. :D sahdan, azan telah berkumandang maka mereka pun smuanya masuk ke masjid setelah berwudhu. sembari menunggu iqamah dikumandangkan, ada yg melaksanakan sholat sunnah dan ada juga yang berzikir. namun ada satu pemandangan yang berbeda terlihat di dalam masjid itu. dari sekian banyak jamaah masjid yang berusia paruh baya, nampak terselip salah seorang anak kecil berusia sekitar sepuluhan tahun yang menjadi jamaah masjid. anak kecil itu datang ke masjid dengan menunggang sepeda sendirian. yang artinya dia datang ke masjid itu tanpa ditemani oleh orangtuanya. ada keistimewaan yang ada pada diri anak itu. betapa diusianya yang masih sekecil itu dia sudah punya semangat untuk menunaikan kewajiban sebagai makhluk Allah. sangat berbanding terbalik dengan anak-anak lain seusianya yang menghabiskan masa kecil dengan bermain. dari gambaran tersebut telah nampak bahwa anak itu kelak ketika besar dan dewasa dia akan menjadi ujung tombak agama ini. setelah dicari tahu, ternyata anak ini bernama Rabbani. dia.merupakan putra dari salah seorang relawan yang berjalan ke masjid tadi. dari namanya, sudah nampak telah tergambar jelas bahwa orangtuanya ingin menjadikan anak ini hidup dengan nilai rabbaniyah atau senantiasa dekat dengan Rabbnya. sejak kecil ia telah dibentuk dengan nilai-nilai ketuhanan yang dibuktikan dengan kedekatannya terhadap tuntunan agama. selain itu juga orang tuanya telah memdidik dan membentuk anaknya dengan menunjukan langsung sebuah keteladanan. cara tersebut dilakukan oleh orangtuanya dengan berhubungan baik kepada Allah dengan melaksanakan sholat, serta berhubungan baik kepada sesama manusia dengan menjadi relawan. inilah keluarga muslim yang ideal, bahwa kesholehan itu terdistribusi secara merata didalam keluarga. poso-ampana, 2 september 2012.

BIOGRAFI TANPA NAMA

Anggap saja menulis sebuah biografi seorang tokoh besar. Mungkin ini merupakan sebuah inti dari apa yang akan saya tulis saat ini. Ya, menuliskan tentang seseorang yang belum saya kenal tapi seakan saya sudah kenal lama. Seseorang yang tinggal jauh dari tempat saya berada. Seseorang yang bertemu alias bertatap muka pun belum pernah. Tapi begitulah adanya. :D Mengapa bisa saya menuliskan tentang dia? Apa istimewanya dia? Alasan apa sehingga dia bisa dijadikan objek tulisan saya? Mungkin itu sebagian besar pertanyaan sehingga membuat orang mencari alasan sehingga tulisan ini lahir. Yang jelas alasan pertama dari tulisan ini lahir karena ini adalah tugas. Tugas atas komitmen saya dengan orang yang saya jdikan objek tulisan untuk membuat sebuah tulisan. Tulisan tentang kita masing-masing sebagai gambaran sejauh mana kita saling mengenal. Yang dengan kata lain menggambarkan ukhuwah kita dalam bentuk sebuah tulisan. Memang kelihatan aneh, tapi begitulah kita menggambarkan sejauh mana persaudaraan kita. Karena itu tadi, kita belum pernah bertatap muka maka beginilah kita menggambarkan jarak persaudaraan sejauh mana kita saling kenal. Objek yang saya jadikan tulisan adalah seseorang yang tinggal di Pulau Jawa. Tepatnya di Propinsi Jawa Barat. Dia seorang pasundan alias dari suku sunda. Tempat tinggalnya menurut yang dia sampaikan adalah di sekitar pinggiran ibukota propinsi. Aktifitas kesehariaanya adalah menjadi seorang karyawan di sebuah usaha konveksi. Saya mengenal dia belumlah lama. Dan perkenalan kita pun hanya lewat dari sesuatu yang sangat ngetren dizaman modern ini yaitu media jejaring sosial. Perkenalan yang tidak disangka, perkenalan yang begitu istimewa dari sekian banyak teman baru di jejaring sosial. Perkenalan yang tidak pernah diprediksikan. Bahwa persaudaraan itu begitu kuat walaupun raga dipisahkan oleh tempat yang jauh. Saya sendiri cukup bingung dan tidak terlalu banyak tau tentang pribadinya. Saya hanya mengetahui sesuai dengan apa yang saya tau selama berinteraksi di dunia maya. Pengetahuan yang terbatas karena zohiriyah yang terbatas pula. Dia merupakan pribadi dengan tipe yang mudah diajak berinteraksi, walaupun menurut pengakuannya sendiri dia tipe orang yang kurang bersosialisasi. Memang nampak seperti sebuah kontradiksi. Sejauh yang saya tau juga, dia nampak seperti orang yang rada ketinggalan. Mungkin karena dia orang desa. Sekalipun dia tinggal di desa, tapi menurut saya tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari peradaban modern ibukota propinsi. Beda dengan saya yang memang tinggal di pelosok. Selain itu, menggambarkan pribadinya kaykanya dia merupakan orang yang supel, tidak banyak basa-basi. Berbeda dengan saya yang terlalu banyak tetek bengek ini itu. Cukup sekian saja saya menggambarkan tentang dia, karena memang yang saya ketahui hanya seperti itu. Lagi pula saya tidak ingin terlalu berpanjang lebar bercerita dan menulis tentang seseorang yang belum sekalipun saya berinteraksi tatap muka secara langsung. Dan kalaupun ini merupakan sebuah biografi, jangankan sempurna, tidak sempurna saja sangat tidak layak untuk disandang. Karena ini adalah biografi yang tidak mencantumkan nama objek yang ditulis. Nah loh... :D