Senin, 19 Juli 2010

ISLAM DAN BAHASA KOMPUTER

Tulisan ini sebenarnya merupakan hasil pikiran saya beberapa saat yang lalu, tepatnya ketika awal-awal duduk dibangku perguruan tinggi. Ini muncul ketika ada saat-saat tertentu dalam perkuliahan, saya menemukan keterkaitan antara islam dan bahasa komputer. Walapun yang saya dapatkan itu merupakan keterkaitan yang relatif kecil, tetapi intinya adalah keterkatian antara islam dan bahasa komputer itu sendiri.

Islam mengajarkan kita untuk menuntut ilmu, dan itu merupakan sebuah kewajiban. Banyak dalil-dalil yang menunjukan kewajiban menuntut ilmu. Selain itu banyak keutamaan dari menuntut ilmu. Salah satunya dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11. Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dengan kata lain cakupan ilmu dalam islam itu sangat luas, tidak hanya ilmu-ilmu syariah saja kan tetapi ilmu-ilmu umum juga. Salah satunya adalah ilmu komputer.

Mungkin orang berpikir apa keterkaitan antara islam dan komputer, antara agama dan sebuah benda elektronik. Namun ketika ditelusuri, justru dalam sebuah komputer cara kerjanya justru selaras dan bahkan mirip dengan nilai-nilai islam. Mungkin ini merupakan sebuah hal yang mustahil, tapi itulah kenyataanya.

Pertama yang akan menjadi pokok pembahasan adalah bahwa sesunggunnya dalam komputer itu hanya menganal dua kondisi. Kedua kondisi tersebut adalah hidup dan mati, dan dilambangkan dengan dua angka yang disebut dengan angka biner yaitu 1 dan 0. Terus apa keterkaitan antara angka 1 dan 0 dengan nilai silam? Nah disinilah letak keterkaitan tersebut.

Dalam islam ada namanya konsep tauhid, sebuah konsep yang menjadi pondasi dasar dari tegaknya agama islam. Konsep tersebut terletak dalam sebuah kalimat yaitu Laa Ilaha Illallah yang artinya tiada Tuhan selain Allah. Jika kita konversikan kalimat tersebut kedalam angka maka akan menghasilkan angka 1 dan 0. Mengapa bisa seperti itu?

Sekarang kita akan mencoba mengurai mengapa kalimat Laa Ilaha Illallah yang memiliki arti tiada Tuhan selain Allah bisa menjadi anga 1 dan angka 0. Ketika berbicara kata tiada, maka akan terbayang sesuatu yang hampa, sesuatu yang kosong. Sebab kata tiada merupakan kata yang berarti tidak mengandung atau terdapat sesuatu. Dan dalam analogi angka, sesuatu yang kosong selalu merupakan angka 0. Jadi kata Laa dalam kalimat tersebut jika dirubah ke angka akan menjadi angka 0.

Selanjutnya dari kalimat Laa Ilaha Illallah yang mengandung makna dalam sebuah angka adalah kata Illah yang berarti kecuali. Kata kecuali dalam posisinya sebagai bagian dari sebuah kalimat selalu menunjukan arti satu-satunya, yaitu satu yang berbeda dengan lainnya. Salah satu yang memiliki perbedaan yang mendasar dari yang lainnya. Dalam hal ini ketika dikonversikan dalam sebuah angka maka kata kecuali disimbolkan dengan angka 1.

Hal kedua yang menjadi persamaan antara konsep islam dan bahasa komputer adalah tentang arah atau alur pembacaan sebuah kata atau kalimat. Dalam bahasa latin, pembacan huruf yang membentuk kata maupun kalimat dalam pembacaannya selalu berarah dari kiri ke kanan. Berbeda dengan huruf latin, hruf arab yang merupakan huruf dalam bahasa Al-quran justru pembacaannya dari arah kanan ke kiri. Begitu juga dengan bahasa komputer, pembacaan angka biner yaitu angka 1 dan 0 tadi pembacaanya selalu dan hanya dari satu arah yaitu dari arah kanan ke kiri. Jika hal tersebut tidak berlaku, niscaya sebuah komputer tidak akan hidup. Jadi dalam hal alur pembacaan, bahasa komputer alur pembacaanya sama dengan bahasa arab yang merupakan bahasa Al-quran.

Hal terakhir yang menjadi keterkaitan antara islam dengan bahsa komputer adalah bahwa sesugguhnya komputer itu berjalan dan bekerja menggunakan sebuah langka-langka sistematis dengan menggunakan logika dalam pemecahan masalah. Langka sitematis tersebut disebut dengan nama Algoritma. Sedangkan algoritma dalam sejaharahnya ditemukan oleh seorang ilmuwan muslim yang bernama Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi. Bahkan nama algoritma sendiri sesungguhnya diambil dari nama Al-Khawarismi yang diruabh ke dalam bahasa latin. Karena algoritma merupakan pemecahan maslah dengan mneggunakan logika, ini sejalan dengan konsep islam yang tidak semata-mata mengadalkan wahyu. Akan tetapi islam juga menggunakan akal dalam hal ini logika untuk merunut semua akar yang ada didalamnya. Karena sesugguhnya islam adalah agama yang diturunkan kepada orang-orang yang berakal (menggunakan logika).

Secara keseluruhan, bahwa sesungguhnya islam tidak hanya terkait dengan hal-hal yang bersifat syariah saja. Akan tetapi keterkaitan islam sangat luas mencakup ragam bentuk dan warna kehidupan. Salah satunya sesuatu yang berbetuk digital seperti komputer. Dan saya yakin, itu bukanlah sebuah hal yang kebetulan. Suatu saat nanti ada hal-hal yang berbau digital yang lebih canggih akan ada keterkatian dengan nilai atau bentuk islam.

Percetakan Mitra, Luwuk.
19-7-2010, 23.44 Wita

Rabu, 16 Juni 2010

Kesaan saat mas Habib berada di Luwuk


tiga hari mungkin bisa dikatakan adalah hari yang sangat panjang untuk ukuran sebuah waktu. akan tetapi bagi Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK), waktu tiga hari adalah sebuah waktu yang pendek untuk melaksanakan sebuah hajatan besar. hajatan yang dimaksud adalah ketika Habiburrahman El Shirazy sang penulis novel fenomenal Ayat-Ayat Cinta & Ketika Cinta Bertasbih bertandang ke Luwuk.

Kegiatan intinya datang ke Luwuk adalah untuk mengisi seminar akbar FSLDK yang dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2010 di Gedung Dharma Wanita Luwuk. waktu tersebut amatlah terasa begitu pendek manakala apa yang kita dapatkan dari Kang Abik (nama panggilan dari Habiburrahman El Shirazy) begitu sedikit untuk menggali potensi yang ada di dalam dirinya. sebab tidak cukup hanya sehari dua hari untuk "menikmati" orang yang sesungguhnya dibanding yang kita dapatkan dari karya-karyanya.

hal itu saya rasakan sendiri, sebab tidak sepenuhnya bisa lebih dekat dengan beliau. akan tetapi ada momen tertentu, walaupun itu sangat singkat tapi bisa belajar banyak dari seorang sastrawan besar Indonesia dekade ini.

yang sangat jadi perhatian besar bagi saya, dan itu mungkin tidak disadari oleh teman-teman yang lain dari panitia, adalah Kang Abik tidak bisa berkonsentrasi untuk membuat skenario sinetron yang sedang dikejar di saat-saat beliau sedang butuh ketenangan.

contohnya adalah kita semua dari panitia secara bersama-sama dengan kang Abik berkunjung ke Uwedikan Kecamatan Luwuk Timur. awal-awal ketika beliau berada disana nampak sangat menikmati betul keadaan karena Mas Babib saat itu lagi memancing ikan di karamba milik salah satu ikhwa kita.

akan tetapi setelah itu keadaan makin berubah saat Kang Abik memainkan jari-jemarinya diatas laptop untuk membuat skenario sinetron yang akan tayang di bulan Ramadan mendatang. pada saat beliau sedang asyik mengetik, maka satu persatu dari panitia juga sedang asyik berfoto dibelakang mas Habib. hal inilah yang menurut saya membuat mas habib terganggu sehingga pekerjaan membuat skenario agak sedikit terhambat. tapi mungkin itu bisa menjadi bahan pengertian bagi saya atas apa yang teman-teman panitia lakukan, karena pada hakikatnya mereka pun ingin merasakan momen berharga ketika Mas Habib berada di dekat mereka.

inti dari semua itu adalah saya bisa bersyukur, dari sebuah jamaah yang diisi oleh anak-anak muda aktivis dakwah kampus, bisa sukses menyelenggarakan sebuah hajatan akbar dengan mendatangkan seorang tokoh nasional Indonesia dibidang sastra sekelas Habiburrahman El Shirazy.